PENDAHULUAN
SITUASI
Kementrian Pendidikan Dasar dan Menengah mengeluarkan kebijakan
tentang Pendekatan Pembelajaran Mendalam untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran diruang-ruang kelas. Pendekatan ini diberlakukan karena melihat
kondisi Pendidikan saat ini dan kualitas pembelajaran yang belum berdampak
pada kemampuan literasi numerasi serta pembelajaran belum mengembangkan
kreatifitas murid. Berdasarkan kondisi ini pemerintah kemudian melakukan
transformasi pembelajaran dengan pendekatan Pembelajaran Mendalam agar
pembelajaran yang terjadi di ruang kelas menjadi lebih bermakna.
Selain itu pemerintah juga mengeluarkan permendikdasmen No. 10 tahun
2025 tentang Standar Kompetensi Lulusan pada Pendidikan Anak Usia Dini,
Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah. Ada 8 dimensi
profil lulusan yang harus dikuasai pada akhir setiap jenjang pendidikan, yaitu:
Keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Kewargaan, penalaran
kritis, kreativitas, kolaborasi, kemandirian, kesehatan; dan komunikasi. Selain itu
peraturan ini mengatur lingkup standar kompetensi lulusan untuk setiap jenjang.
Untuk itu Satuan pendidikan perlu memastikan bahwa standar kompetensi ini
dapat tercapai pada setiap akhir jenjang.
SLB Autisma YPPA Padang berupaya agar murid dapat memiliki 8 dimensi
lulusan dan nantinya mampu hidup mandiri. Murid di sekolah ini pada umumnya
memiliki keterbatasan gangguan interaksi, komunikasi, dan prilaku/autis. Dengan
keterbatasan ini tentunya guru harus berupaya agar pembelajaran yang dilakukan
dikelas dapat lebih interaktif dan memberikan penguatan pada dimensi profil
lulusan.
Namun berdasarkan pengamatan pada modul ajar yang dibuat guru serta hasil
observasi pembelajaran terlihat bahwa dalam mengajar guru baru mengajarkan
pada tataran konsep atau memahami. Aktifitas pembelajaran belum mengaitkan
dengan konteks dunia nyata. Selain itu penguatan pada dimensi profil lulusan juga
belum sesuai dan terlihat dalam pembelajaran. Hal ini diperkuat dengan hasil
wawancara dengan Kepala Sekolah tentang pembelajaran dan penguatan dimensi
profil lulusan bahwa pemahaman guru tentang pembelajaran mendalam masih
bervariasi. Untuk itu perlu adanya upaya perbaikan agar dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran dan karakter murid.
Sebagai pengawas pendamping, penulis merasa perlu melakukan
pendampingan untuk pembelajaran mendalam. Penulis menggunakan strategi
PIAWAI. Piawai merupakan akronim dari Pendekatan Inkuiri Kolaboratif dan
penggunaan whats’app, Google Site, Quiziz dan AI. Pendekatan inkuiri
kolaboratif dipilih karena merupakan pendekatan reflektif dan terstruktur untuk
menciptakan budaya kolaborasi dan peningkatan kualitas pembelajaran. Penulis
memfasilitasi inkuiri kolaboratif dengan membimbing Kepala Sekolah dan guru
untuk mengidentifikasi tantangan, merancang strategi, melaksanakan strategi serta
mengevaluasi, merefleksi, dan melakukan perbaikan. Dalam pelaksanaan
pendampingan, penulis menggunakan digitalisasi seperti WA, padlet, quizziz,
google site dan AI. Piawai dalam KBBI berarti cakap, bisa, atau mampu dalam
melakukan sesuatu. Penulis berharap guru SLB Autisma YPPA Padang mampu
dan cakap dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran mendalam di
kelasnya sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.

TANTANGAN
Adapun tantangan dalam melaksanakan pendampingan ini adalah sebagai
berikut:

1. Pemahaman guru mengimplementasi prinsip berkesadaran, bermakna dan
menggembirakan masih bervariasi.
2. Masih ada guru yang beranggapan bahwa Pembelajaran Mendalam sulit
diimplementasikan di SLB terutama pada tahapan mengaplikasi.
3. Kerangka pembelajaran; praktik pedagogis, lingkungan pembelajaran,
kemitraan pembelajaran serta pemanfaatan digital dalam pembelajaran belum
digunakan secara maksimal.
4. Penguatan profil lulusan Kemandirian dan Komunikasi belum maksimal
diimplementasikan baik di sekolah maupun di rumah.
5. Kolaborasi antar guru mata pelajaran belum optimal dan adanya guru-guru
muda sehingga belum begitu menguasai tentang strategi dalam pembelajaran serta
kekawatiran sebagian guru dalam membawa murid melakukan aktifitas di luar
sekolah.
Tantangan-tantangan ini membuat penulis termotivasi untuk mendampingi guru
dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran mendalam sehingga
pembelajaran di SLB Autisma YPPA Padang menjadi lebih bermakna.

ISI
AKSI
Aksi yang penulis lakukan dalam pendampingan kepada Kepala Sekolah dan
guru adalah dengan memfasilitasi inkuiri kolaboratif untuk mengidentifikasi
tantangan, merancang dan melaksanakan strategi serta mengevaluasi, merefleksi
dan melakukan perbaikan. Selama pendampingan penulis menggunakan beberapa
aplikasi untuk mendukung kegiatan seperti whats’app, Google Site, Quiziz dan AI.
Langkah-langkah pendampingan dengan pendekatan Inkuiri Kolaboratif dapat
digambarkan sebagai berikut:
1. Asses (Mengidentifikasi). Pada tahapan ini pengawas bersama Kepala Sekolah
dan guru mengidentifikasi pembelajaran yang telah dilaksanakan selama ini yang
masih menjadi kendala. Penulis menggunakan teknik coaching untuk menggali
permasalahan pembelajaran. Identifikasi dilakukan dengan merefleksi hasil
observasi pembelajaran, pengamatan serta wawancara. Dari hasil identifikasi
tersebut ditemukan bahwa belum semua guru memahami prinsip, pengalaman
belajar, dan kerangka pembelajaran mendalam. Selain itu berdasarkan identifikasi
8 dimensi profil lulusan, perlu melakukan prioritas penguatan. Mengingat murid
autis memiliki keterbatasan selain pada fokus juga pada kemampuan
berkomunikasi dan kemandirian, maka penguatan terhadap kedua dimensi
tersebut menjadi prioritas utama.
2. Design (Desain). Berdasarkan hasil identifikasi, pengawas mendampingi
Kepala Sekolah dan guru, berkolaborasi merancang kegiatan yang akan dilakukan.
Dari hasil diskusi bersama maka direncanakan kegiatan In House Training (IHT)
tentang Pembelajaran Mendalam dengan penulis sendiri sebagai nara sumbernya.
Tim juga berkolaborasi dalam menyiapkan berbagai kebutuhan untuk pelaksanaan
IHT.
3. Implementation (Implementasi). Kegiatan IHT dilaksanakan di sekolah selama
2 hari dengan melibatkan semua guru. Dalam pelaksanaannya, penulis
menggunakan pendekatan mendalam. Hal ini dilakukan agar guru dapat langsung
merasakan sendiri bagaimana hakikat pembelajaran mendalam dan
implementasinya. Pada tahapan memahami, guru mendapatkan penjelasan tentang
apa dan bagaimana prinsip, pengalaman belajar, serta kerangka pembelajaran
mendalam. Penulis memberikan asesmen formatif dalam bentuk quizziz untuk
mencek pemahaman guru tentang materi yang telah dipelajari. Selanjutnya guru
membuat rancangan pembelajaran mendalam dengan berkolaborasi. Penulis juga
menjelaskan tentang penggunaan kecerdasan artifisial (AI) seperti Gemini dan
Chat GPT untuk mendapatkan inspirasi. Penulis juga mengingatkan agar guru
dapat menyesuaikan dengan karakteristik murid, tujuan pembelajaran, alokasi
waktu serta sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah. Pada hari kedua, guru
menampilkan Rencana Pembelajaran Mendalam untuk mendapatkan masukan
dari guru lainnya. Agar pembelajaran menggembirakan, penulis menyarankan
agar guru membuat lagu sederhana tentang materi. Penulis melakukan mentoring
dengan memberikan contoh agar pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan
terciptanya suasana yang menggembirakan di kelas. Pendampingan dalam
merancang pembelajaran mendalam juga dilakukan melalui WA setelah kegiatan
berlangsung.
Setelah pelaksanaan IHT, guru mengimplementasikan pembelajaran
mendalam di kelas. Salah satu kelas yang penulis observasi adalah kelas
keterampilan tata boga. Guru yang berkolaborasi adalah guru bahasa Indonesia
dan guru Keterampilan. Kegiatan diawali dengan murid menulis daftar belanja.
Guru memberikan pertanyaan pemantik tentang apa yang dibutuhkan untuk
membuat miehun goreng dan murid menyebutkan dan menuliskannya. Kemudian
dengan bimbingan guru, murid bersama-sama berbelanja ke warung dekat sekolah.
Setelah dari warung, mereka memasak bersama. Murid juga dibimbing dalam
menyajikan makanan yang telah dimasak dan diakhiri dengan makan bersama.
Pada akhir kegiatan guru melakukan refleksi dengan menanyakan perasaan murid
terhadap pembelajaran yang telah dilalui. Semua murid menyatakan senang
dengan kegiatan tersebut.
4. Evaluating, Reflect, and Change (mengevaluasi, merefleksikan dan
mengubah).
Tahapan keempat adalah mengevaluasi, merefleksi dan mengubah atau
memperbaiki. Pada tahapan ini penulis mendampingi Kepala Sekolah
mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran mendalam melalui observasi kelas.
Kepala Sekolah juga menyebarkan angket melalui Gform tentang refleksi
terhadap implementasi pembelajaran mendalam. Berdasarkan hasil observasi
tersebut ditemukan bahwa sebagian besar guru (80%) telah menerapkan prinsip
pembelajaran mendalam dikelas. 85% guru telah menggunakan pengalaman
belajar memahami, mengaplikasi dan merefleksi. Dalam praktik pedagogis, guru
telah menggunakan berbagai strategi pembelajaran. Umumnya guru menggunakan
direct instruction (85%), prompting dan drill. Dalam pemanfaatan lingkungan
pembelajaran, guru memanfaatkan kelas, halaman dan aula namun sangat sedikit
sekali memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah. Budaya belajar yang
dikembangkan guru adalah kemandirian dan kolaborasi. Dalam hal kemitraan,
sebagian besar guru sudah menjalin kemitraan dengan orang tua (90%) selain
dengan teman sejawat (85%) dan Kepala Sekolah (75%). Selanjutnya dalam
pemanfaatan digital, guru telah menggunakan digitalisasi mulai dari perencanaan,
pelaksanaan dan asesmen. Sebagian besar menggunakan Youtube (85%) dan AI
(80%). Untuk asesmen, guru menggunakan wordwall, quizziz dan Kahoot. Terkait
dengan Dimensi Profil Lulusan, guru telah menguatkan kemandirian murid dan
mendorong murid untuk menyampaikan perasaannya secara lisan. Keterlibatan
orang tua untuk berkomunikasi dengan murid terkait pembelajaran perlu
ditingkatkan. 

Berdasarkan hasil dari evaluasi tersebut maka dilakukan refleksi. Hal yang
sudah baik adalah pemahaman guru terkait pembelajaran mendalam sudah
meningkat namun perlu sarana untuk guru berbagi praktik baik pelaksanaan
Pembelajaran Mendalam. Untuk itu kegiatan kombel perlu digiatkan lagi. Selain
itu Penulis juga memfasilitasi guru dengan Google Site
(https://sites.google.com/dinas.belajar.id/kombel/) untuk menyimpan semua
materi dan praktik baik terkait dengan pembelajaran mendalam yang dapat
diakses oleh guru untuk mendapatkan pengetahuan tentang pembelajaran
mendalam. Untuk membantu guru muda dalam memahami pembelajaran
mendalam, maka sekolah perlu menunjuk guru mentor. Selanjutnya, terkait
Kemitraan dengan orang tua perlu ditingkatkan dengan membuat jaringan
Komunikasi Guru dan Orang tua melalui Gform untuk mendata keterlibatan orang
tua dalam menanyakan kepada anak tentang kegiatan di sekolah. Komunikasi ini
penting agar dapat melatih murid berkomunikasi dan membangun kedekatan
orang tua dan anak. Terakhir, perlu peningkatan kemitraan dengan pihak lain
terutama untuk terapi wicara murid.

pemanfaatan digital, guru telah menggunakan digitalisasi mulai dari perencanaan,
pelaksanaan dan asesmen. Sebagian besar menggunakan Youtube (85%) dan AI
(80%). Untuk asesmen, guru menggunakan wordwall, quizziz dan Kahoot. Terkait
dengan Dimensi Profil Lulusan, guru telah menguatkan kemandirian murid dan
mendorong murid untuk menyampaikan perasaannya secara lisan. Keterlibatan
orang tua untuk berkomunikasi dengan murid terkait pembelajaran perlu
ditingkatkan.
Berdasarkan hasil dari evaluasi tersebut maka dilakukan refleksi. Hal yang
sudah baik adalah pemahaman guru terkait pembelajaran mendalam sudah
meningkat namun perlu sarana untuk guru berbagi praktik baik pelaksanaan
Pembelajaran Mendalam. Untuk itu kegiatan kombel perlu digiatkan lagi. Selain
itu Penulis juga memfasilitasi guru dengan Google Site
(https://sites.google.com/dinas.belajar.id/kombel/) untuk menyimpan semua
materi dan praktik baik terkait dengan pembelajaran mendalam yang dapat
diakses oleh guru untuk mendapatkan pengetahuan tentang pembelajaran
mendalam. Untuk membantu guru muda dalam memahami pembelajaran
mendalam, maka sekolah perlu menunjuk guru mentor. Selanjutnya, terkait
Kemitraan dengan orang tua perlu ditingkatkan dengan membuat jaringan
Komunikasi Guru dan Orang tua melalui Gform untuk mendata keterlibatan orang
tua dalam menanyakan kepada anak tentang kegiatan di sekolah. Komunikasi ini
penting agar dapat melatih murid berkomunikasi dan membangun kedekatan
orang tua dan anak. Terakhir, perlu peningkatan kemitraan dengan pihak lain
terutama untuk terapi wicara murid.
PENUTUP
REFLEKSI
Berdasarkan hasil dari pelaksanaan strategi PIAWAI (Pendekatan Inkuiri
Kolaboratif dan penggunaan whats’app, Google Site, Quiziz dan AI) dalam
pendampingan guru di SLB Autisma YPPA Padang dapat disimpulkan
pendampingan ini memberikan dampak positif bagi berbagai pihak. Refleksi
dilakukan melalui wawancara dengan Kepala Sekolah dan guru serta hasil angket
melalui Gform (https://forms.gle/Xayg1v9VbbENcTEo7). Hasil refleksi terhadap
pelaksanaan pendampingan pembelajaran mendalam dengan menggunakan
strategi Piawai dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Pendampingan PIAWAI efektif dalam pendampingan Kepala Sekolah dan
guru dalam pembelajaran mendalam.
2. Hal yang membuat keberhasilan ini adalah peran Kepala Sekolah sebagai
pemimpin pembelajaran, fasilitator, kolaborator, dan pengembang budaya
sekolah berdampak pada keberhasilan kegiatan yang dilakukan.
3. Guru juga sudah memperlihatkan peran baru sebagai activator, kolaborator
dan pengembang budaya belajar.
4. Komunikasi 2 arah antara guru dan orang tua meningkatkan penguatan
pada Dimensi Profil Lulusan Kemandirian dan Komunikasi.
5. Adanya efek domino dari pelaksanaan pembelajaran mendalam adalah
penguatan 7 Kebiasaan Anak Indonesi Hebat (7KAIH) yaitu
bermasyarakat.
Dari refleksi tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran
mendalam perlu terus diimplementasikan di ruang-ruang kelas di SLB
Autisma YPPA Padang agar dapat meningkatkan pemahaman terhadap
pembelaajaran serta penguatan untuk dimensi profil lulusan kemandirian dan
komunikasi.
Penggunaan pendekatan inkuiri kolaboratif yang penulis gunakan dalam mem
asilitasi dan mendampingi Kepala Sekolah dalam pembelajaran mendalam
meningkatkan pemahaman Kepala Sekolah dan guru dalam pembelajaran
mendalam. Kolaborasi ini dibentuk mulai dari tahapan mengidentifikasi,
mendesain, implementasi hingga mengevaluasi, merefleksi dan
mengulang/memperbaiki meningkatkan pemahaman guru dalam
mengimplementasikan pembelajaran mendalam di kelas dan mencari solusi
dari permasalahan yang ditemui. Hellen Keller, seorang penulis disabilitas
dari Amerika menyatakan bahwa “alone you can do so little but together you
can do so much”, artinya sendiri kamu bisa melakukan sedikit hal namun
dengan bersama kamu bisa melakukan banyak hal.
Semoga strategi ini terus meningkatkan kolaborasi antar guru serta guru dan
orang tua sehingga semua guru piawai atau mampu menciptakan pembelajaran
mendalam di kelasnya agar pembelajarannya lebih bermakna bagi anak-anak
Istimewa di SLB Autisma YPPA Padang.